Powered By Blogger

Seni Budaya Indonesia

Seni Budaya Indonesia
Batik

Welcome to the My Blog

"I LOVE YOU ALL"

Sabtu, 11 Juni 2011

Wayang, Budaya Indonesia Dengan Berbagai Jenisnya


Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana.
Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri, dengan demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang memiliki cerita, gaya dan dalang yang luar biasa.
Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu “Mana yang Isi(Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)”.
Berbagai Jenis-jenis wayang
Wayang Kulit
Wayang Purwa
Wayang Madya
Wayang Gedog
Wayang Dupara
Wayang Wahyu
Wayang Suluh
Wayang Kancil
Wayang Calonarang
Wayang Krucil
Wayang Ajen
Wayang Sasak
Wayang Sadat
Wayang Parwa
Wayang Kayu
Wayang Golek / Wayang Thengul (Bojonegoro)
Wayang Menak
Wayang Papak / Wayang Cepak
Wayang Klithik
Wayang Beber
Wayang Orang
Wayang Gung (Kalimantan Selatan)
Wayang Topeng (wayang orang menggunakan topeng di Kalimantan Selatan)
Wayang Suket
Wayang Gung
Wayang Timplong
Wayang Arya
Wayang Potehi
Wayang Gambuh
Wayang Parwa
Wayang Cupak
Jenis-jenis wayang kulit menurut asal daerah atau suku
Wayang juga ada yang menggunakan bahasa Melayu Lokal seperti bahasa Betawi, bahasa Palembang dan bahasa Banjar.
Wayang Jawa Yogyakarta
Wayang Jawa Surakarta
Wayang Kulit Gagrag Banyumasan
Wayang Jawa Timur
Wayang Bali
Wayang Sasak (NTB)
Wayang Kulit Banjar (Kalimantan Selatan)
Wayang Palembang (Sumatera Selatan)
Wayang Betawi (Jakarta)
Wayang Cirebon (Jawa Barat)
Wayang Madura (sudah punah)
Wayang Siam (Kelantan, Malaysia)
Jepang Kembangkan Wayang
Warga Jepang, Ryoh Matsumoto (83), mengembangkan wayang kulit menjadi ragam wayang baru yang disebutnya wayang Kyokai. Beragam jenis wayang berbagai daerah di Pulau Jawa digabungkan. Pengembangan juga dilakukan dari segi artistik.
Naskah Samudera, Samudera merupakan pengembangan kisah wayang purwa yang ditulis Ryoh sendiri. Di Yogyakarta, naskah ini dipentaskan enam kali sejak 2005. Selain tokoh-tokoh yang dikenal dalam wayang purwa, Ryoh juga menampilkan sejumlah tokoh dari cerita rakyat Jepang, di antaranya Boozu, jin, dan serigala. Pementasan ini juga menggunakan gunungan Jepang yang lebih kecil dan berwarna-warni dari gunungan versi Jawa.
Pertunjukan wayang Kyokai Jepang menampilkan tiga dalang sekaligus. Pementasan menggunakan tata artistik modern, yaitu rekaman pengganti suara dalang. “Tugas dalang hanya memainkan wayang,” kata Ryoh.
Ryoh mulai mengenal pertunjukan wayang kulit saat datang ke Indonesia sebagai turis pada 1968. Sejak melihat wayang, Ryoh sangat menyukai filosofi pertunjukan wayang. Sejak saat itu, Ryoh yang masih tinggal di Tokyo, Jepang, itu mempelajari berbagai ragam wayang di Pulau Jawa.
Selama 42 tahun mempelajari wayang, Ryoh sempat berguru pada dalang terkenal Ki Nartosabdo. Dari Ki Nartosabdo, Ryoh mempelajari teknik sabetan dan makna filosofis wayang purwa. Ia juga sering bertukar pikiran dengan seniman wayang Yogyakarta Ki Sukasman dalam pengembangan pertunjukan wayang.
Saat ini, Ryoh memimpin perkumpulan pencinta wayang Kyokai (Nihon Wayang Kyokai) di Jepang. Sejumlah wayang yang dia gunakan dipesan dari dalang dan pembuat wayang kancil Ki Ledjar Subroto.
Kepala Bidang Pengembangan Kebudayaan Dinas Kebudayaan DIY Nursatwika mengatakan, pementasan wayang Kyokai Jepang dimaksudkan menunjukkan kepada masyarakat banyaknya ragam wayang di luar wayang kulit yang berkembang saat ini. “Mungkin tak banyak masyarakat yang tahu bahwa wayang juga dikembangkan di luar negeri. Sedang di dalam negeri sendiri, pertunjukan wayang kurang diminati,” tuturnya.
Selain wayang Kyokai Jepang, ragam wayang yang berlangsung 26-30 Juli juga menampilkan wayang sasak dari Nusa Tenggara Barat, wayang golek cepak dari Cirebon, wayang wahyu dari Yogyakarta, dan wayang Madura. Tahun lalu, ragam wayang menyajikan, antara lain, wayang beber dan wayang gethuk dari Magelang. Pertunjukan berbagai ragam wayang ini diharapkan menambah pengetahuan dan menarik minat masyarakat terhadap wayang.
Wayang Orang Pentas di Sydney
Gedung Opera Sydney dikenal sebagai salah satu tempat terkemuka untuk konser musik klasik dan teater drama kelas dunia. Namun, gedung seni yang menjadi kebanggaan Australia itu juga akan mementaskan pertunjukan wayang orang. Pentas berlangsung pada 18 Desember mendatang.
Demikian ungkap budayawan Jaya Suprana. Sebagai pemrakarsa pertunjukan itu, Jaya menilai bahwa pagelaran wayang orang di Gedung Opera Sydney merupakan bentuk pengakuan dari kalangan pemerhati seni tingkat dunia atas budaya bangsa Indonesia.
Dalam pementasan di Sydney nanti, lakon yang akan disajikan berjudul “Ganjaran Gatotkaca”. Mengenai pemilihan lakon Gatotkaca, Tokoh tersebut menampilkan sisi “superhero” dan juga kepahlawanan. Tak ada dalam tokoh-tokoh superhero di dunia ini yang mampu sekuat Gatotkaca. Jadi itulah sebabnya kami memilihnya.
Pementasan yang diperkirakan akan menyedot banyak pengunjung ini berdurasi sekitar 1,5 jam. Para pemeran akan bercakap-cakap dalam bahasa Jawa kromo inggil. Namun, Bahasa Inggris juga akan dipakai sebagai narasi. Sebagai ajang pemanasan sebelum manggung Sydney Opera House, gelaran ini akan tampil di Balai Sarbini, Jakarta, pada Senin 22 November 2010.
Sumber : Wikipedia dan berbagai sumber lainnya

Tidak ada komentar: